Thursday 20 December 2012

Makalah Kewarganegaraan : Makna Demokrasi dalam Pancasila sila ke-4



 Makalah Kewarganegaraan : Makna Demokrasi dalam Pancasila sila ke-4


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya system politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan.
Setiap Negara menganut system ketatanegaraan. Salah satu contohnya adalah sistem pemerintahan demokrasi. Salah satu sistem pemerintahan klasik yang sudah ada sejak zaman Yunani kuno.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian Negara demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Berdasarkan ketertarikan penulis terhadap hal tersebut, maka lahirlah makalah yang berjudul “Makna Demokrasi dalam Pancasila Sila ke-4”.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian demokrasi ?
2.      Bagaimana hubungan demokrasi dengan pancasila sila ke-4?
3.      Bagaimana proses pelaksanaan demokrasi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian demokrasi,
2.      Untuk mengetahui hubungan demokrasi dengan pancasila sila ke-4,
3.      Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan demokrasi di Indonesia.


Kakuchi Photocopy Sigli
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas.
Menurut Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16), demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat (Democracy is government of the people, by the people and for the people). Azas-azas pokok demokrasi dalam suatu pemerintahan demokratis adalah:
1.      pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya melalui pemilihan wakil-wakil rakyat untuk parlemen secara bebas dan rahasia; dan
2.      pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia.
Demokrasi ini berpangkal pada teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh para filsuf bidang politik dan hukum. Pelopornya adalah John Locke (1632-1704) dari Inggris, yang membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bidang, yaitu eksekutif, legislatif dan federatif. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, ketiga bidang itu harus dipisahkan. Charles Secondat Baron de Labrede et de Montesquieu (1688-1755) asal Prancis, memodifikasi teori Locke itu dalam teori yang disebut Trias Politica pada bukunya yang berjudul L’Esprit des Lois. Menurut Montesquieu, kekuasaan negara dibagi menjadi: legislatif (kekuasaan membuat undang-undang), eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang) dan yudikatif (kekuasaan mengatasi pelanggaran dan menyelesaikan perselisihan antarlembaga yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang).

B. Hubungan Demokrasi dan Pancasila Sila ke-4
Istilah demokrasi itu sendiri, tidak termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yang memuat Pancasila. Namun, esensi demokrasi terdapat dalam Sila keempat Pancasila, Kedaulatan Rakyat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksnaan berdasar Permusyawaratan/ Perwakilan. Sejauh apa demokrasi kita merupakan perwujudan Sila keempat itu ?
Pancasila yang mempunyai hierarki dalam setiap sila-sila dalam pancasila yang mempunyai wujud kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang mempunyai arti bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan dan Mempercayai agama dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianut oleh bangsa Indonesia. Sila yang kedua sampai sila kelima merupakan sebuah akisoma dari sisi humanisme bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan masyarakat Indonesia yang dikatakan heterogen, yang mempunyai kebudayaan, bahasa, suku yang berbeda-beda, maka pancasila inilah yang menjadi sebuah kekuatan untuk mempersatukan masyarakat yang heterogen ini (bhineka tunggal ika). Pancasila tidak memandang stereotype suatu suku, suatu adat, atau budaya. Integrasi masyarakat yang heterogen menjadi masyarakat yang homogen dapat terwujud bila adanya rasanya persatuan dan kesatuan. Dinamika masyarakat yang heterogen menjadikan kekuatan Indonesia dalam menjadikan sebuah yang dinamakan “bangsa”, tetapi dapat menghancurkan Indonesia itu sendiri bila tidak ada rasa untuk bersatu.
Ketika para pendiri bangsa ini merumuskan UUD 1945, sudah tentu ingin memberikan system ketatanegaraan yang terbaik bagi bangsa ini. Yang terbaik itu, adalah yang sesuai dengan kondisi bangsa yang sangat plural, baik dari aspek etnis, agama ,dan sosial budaya. Bahwa kedaulatan ditangan rakyat, mekanismenya berdasar Permusyawaratan/ Perwakilan. Sudahkah esensi demokrasi seperti itu diterjemahkan dalam kehidupan demokrasi kita? Sudahkah UU Pemilu kita benar-benar merujuk pada esensi demokrasi yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini? Sudahkah mekansime demokrasi yang kita tempuh dalam setiap pengambilan keputusan merujuk ke esensi demokrasi yang kita cita-citakan?
Demokrasi merupakan nilai dari pancasila, dimana nilai tersebut memiliki makna dan hubungan yang erat. Adapun makna yang terkandung dalam pancasila sila ke-4 ( “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” ) adalah sebagai berikut :
1.      Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama,
2.      Tidak Boleh memaksakan kehendak kepada orang lain,
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama,
4.      Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah,
5.      Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau golongan, dan
6.      Memberikan kepercayaan kepada wakil-Wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
Mengenai sila keempat daripada Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/perwakilan dapat diketahui dengan empat hal sebagai berikut :
1.      Sila kerakyatan sebagai bawaan dari persatuan dan kesatuan semua sila, mewujudkan penjelmaan dari tiga sila yang mendahuluinya dan merupakan dasar daripada sila yang kelima.
2.      Di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar, sila kerakyatan ditentukan penggunaannya yaitu dijelmakan sebagai dasar politik Negara, bahwa negara Indonesia adalah negara berkedaulatan rakyat.
3.      Pembukaan Undang-undang Dasar merupakan pokok kaidah Negara yang fundamentil sehingga dengan jalan hukum selama-lamanya tidak dapat diubah lagi, maka dasar politik Negara berkedaulatan rakyat merupakan dasar mutlak daripada Negara Indonesia.
4.      Dasar berkedaulatan rakyat dikatakan bahwa,”Berdasarkan kerakyatan dan dalam permusyarawatan/perwakilan, oleh karena itu sistem negara yang nanti akan terbentuk dalam Undang-undang dasar harus berdasar juga, atas kedaulatan rakyat dan atas dasar permusyarawatan/perwakilan”. Sehingga Negara Indonesia adalah mutlak suatu negara demokrasi, jadi untuk selama-lamanya.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan daripada Pancasila, sila ke-empat mengandung pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C.  Demokrasi di Indonesia
Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan „tangan besi. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yag tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur.
Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyebutkan bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal itu telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)
Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno seagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
2.      Pada kata Demokrasi ternyata memiliki hubungan yang sangat erat dengan pancasila sila ke-4 yang berbunyi (“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” ).
3.      Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik, di buktikan dengan kedudukan Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi dan juga Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan „tangan besi.

B.  Saran
Mari kita tentukan kemana arah pembangunan demokrasi pancasila akan kita bawa. Tentunya dengan memperhatikan nilai-nilai yang ada pada pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Bestari, Prayoga dkk. 2008. Menjadi Warga Negara Yang Baik. Jakarta. PT. Pribumi Mekar
Bolo, Andreas Doweng dkk. 2000. Pendidikan Nilai Pancasila. Bandung. Unpar Press
Sajari. 2008. Kewarganegaraan. Jakarta. PT. Bengawan Ilmu
Sudarsih dkk. 2008. Moral Pancasila. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Sunarso dan Kusumawardani, Anis. 2008. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Widayati, Wahyuningrum dkk. 2008. Moral Pancasila. Jakarta. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Yaminii. 2008. Kewarganegaraan. Surabaya. PT. Surabaya Intelektual Club
By. Kakuchi Photocopy Sigli

Ebook Kumpulan ResepMasakan Serba Seafood




Kali ini Dutashare akan men-share resep masakan Seafood buat pecinta masakan yang wajib dicoba dirumah,,,

Berikut beberapa kumpulan resep masakannya,,
Kumpulan Resep Serba Seafood :
  • MANGGA BAKAR SEAFOOD
  • MANGGA UDANG SAUS SALAD
  • Hidangan Ramadhan-Lumpia Goreng Seafood
  • SUP TOMAT SEAFOOD
  • SPAGHETTI KARE SEAFOOD
  • SELADA TELUR PUYUH DENGAN HOISIN DRESSING
  • Seafood Hormok
  • Pizza Seafood
  • BANDENG BUMBU ACAR
  • PINDANG BANDENG BUMBU KECAP
  • SELADA BANDENG ASAP
>> Dwnload



Cara Merubah Warna Tulisan Status Facebook


Banyak cara dilakukan facebooker agar tampilan facebook nya berbeda dengan laennya, bahkan ada yang mengubah tulisan status dengan huruf terbalik, kali ini dutashare akan men-share bagaimana cara untuk merubah warna tulisan status di facebook, mengkin diantar teman-teman banyak yang belum tahu tips yang satu ini
Oke, langsung saja kita kepada cara mengubahnya:

1. Cara pertama:
Tulislah status anda, misalkan:

Saya tidak suka hari ini, karena hari ini adalah today
Kalau anda ingin merubah kata "today" menjadi biru, maka sisipkan kode berikut:

@[5555555555:5555:sisipkan kata disini]

Jadi struktur statusnya adalah:

Saya tidak suka hari ini, karena hari ini adalah @[5555555555:5555:today]

2. Cara kedua hampir sama, cuma kodenya aja yang beda.
Kodenya adalah:
@[217222084995171:TULIS STATUS ANDA DISINI]
Cara selanjutnya pastinya juga sama, cuma kodenya seperti ini:

3. Ketiga: @[0:[100001092284056:0:TULIS APAPUN DISINI]]

4. Keempat: @[123456:0:tulisan]

Sudah ngerti kan? oke langsung aja kalian praktekkan. dan dapatkan sensasi baru dalam membuat status di facebook

Sebagai informasi.
Cara merubah warna tulisan status facebook ini saya temukan di situs facebooknya langsung, jadi suatu saat bisa aja berubah. Karena setau saya admin nya facebook suka merubah skrip facebook. dan biasanya tiap kode harus di dukung aplikasi tertentu atau harus via PC, atau via Ponsel dan sebagainya.

Tuesday 18 December 2012

KTI KEPERAWATAN : Gambaran Pengetahuan Tentang Penggunaan Jamban Bagi Masyarakat di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.



Gambaran Pengetahuan Tentang Penggunaan Jamban Bagi Masyarakat di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.


ABSTRAK

Jamban adalah suatu bangunan atau tempat yang sengaja dibuat untuk dipergunakan dalam membuang tinja atau kotoran manusia/najis bagi keluarga dan masyarakat yang lazim disebut WC.

Menteri Republik Indonesia melaporkan bahwa cakupan penggunaan jamban di pedesaan hanya 49,1% dan diperkotaan 76%. Kasus penggunaan jamban menjadi masalah yang besar, dengan kondisi sarana pebuangan tinja yang kurang baik maka dapat dipastikan bahwa kebiasaan buang air besar masyarakat bukanlah jamban, akan tetapi disungai yang mengalir. Hal ini telah berlangsung lama sehingga telah menjadi kebiasaan penduduk setempat.

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa masyarakat kurang menyadari dan memahami arti penting resiko yang akan timbul, dalam kaitan inilah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskriptif tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban bagi masyrakat Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie.

Dari hasil penelitian ini ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti yaitu hendaknya masyarakat lebih meningkatkan penggunaan jamban dalam hal mengikuti kegiatan penyuluhan yang cukup tentang penggunaan jamban, kemudian untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan jamban diharapkan dapat meningkatkan kesehatan yang baik khususnya menganai jamban.

Daftar Pustaka  : 5 ( 2001-2012 ) + 2 akses internet
Kata Kunci        : Pengetahuan, Penggunaan Jamban
v + 16 halaman, 1 diagram/gambar


 KAKUCHI PHOTOCOPY SIGLI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia sehat tahun 2011 mempunyai visi yang sangat idealis, yaitu masyarakat indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, maupun memiliki derajat kesehatan yang optimal, dari visi tersebut ada tiga prekondisi yang perlu dilakukan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yakni ; lingkungan yang sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyrakat (Depkes RI, 2003).
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat. Misalnya :untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2011 tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan. Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2003).
1
 
Tinja dan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini disebut tinja. Pembuangan kotoran manusia merupakan tempat pembuangan tinja yang pada umumnya disebut jamban (Notoadmodjo, 2003).
Penggunaan jamban di daerah pedesaan  saat ini masih sangat rendah sehingga pencanangan pekan sanitasi yang dilakukan pemerintah diseluruh pedesaan adalah untuk menunjang pembudayaan hidup bersih dan sehat. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam membuka Pentaloka Pekan Sanitasi dan Rekornas Penyehatan Air dan Pengamatan Limbah di Jakarta. Cakupan penggunaan jamban di pedesaan hanya 49,1 % dan diperkotaan 76,9%. Pandangan ahli sanitasi yang secara langsung berhubungan dari pembuangan kotoran manusia yang sangat bervariasi, bertitik tolak dari kebersihan masyarakat dalam hubungannya dengan ekonomi serta penyehatan. Sedangkan ahli kesehatan menaruh perhatian besar pada infeksi manusia dan bahwa penyakit berhubungan dengan pembuangan kotoran manusia dan sampah (Depkes RI, 2003).
Dari Desa Blang Bungong kecamatan Tangse dengan jumlah penduduk 246 jiwa dan 62 kepala keluarga, jumlah rumah 41 unit, sedangkan jumlah jamban keluarga yang ada berjumlah 20 unit. Dengan kondisi sarana pembuangan tinja yang kurang baik maka dapat dipastikan bahwa kebiasaan buang air besar masyarakat Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse adalah bukan dijamban, akan tetapi disungai yang mengalir di desa tersebut, dan ini telah berlangsung lama sehingga telah menjadi kebiasaan penduduk setempat. Dari data yang penulis dapatkan di Puskesmas Tangse ternyata penduduk Desa Blang Bungong yang datang ke Puskesmas Desember tahun 2011 terdapat 68 orang yang menderita diare, 24 orang anak yang menderita cacingan. Sedangkan data tahun 2012 dari bulan Januari sampai April terdapat 41 orang yang menderita diare dan 16 orang anak yang menderita cacingan.
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002/2003 angka pemakaian dan penggunaan jamban menggunakan penurunan dari 26/1000 penggunaan jamban dan juga yang tidak menggunakan sekitar 20/1000 kepala keluarga. Dari 421/ 1000 pemakaian jamban pada tahun 2009 menjadi 307/100 pemakaian jamban. Dijumlahkan pada tahun 2004 – 2008 (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Angka pemakaian jamban untuk Provinsi Aceh tahun 2011 terdapat 1017 penggunaan jamban terpakai (http://bappeda.acehprov.go.id/ akses 12 Desember 2012).
Angka pemakaian jamban dari bulan Januari sampai Desember 2011 di Kabupaten Pidie adalah 5000 Kepala keluarga yang menggunakan, dan yang tidak menggunakan sekitar 6000 kepala keluarga. Dan 1000 kepala keluarga yang membuang tinja pada tempat terbuka yaitu sungai (Dinkes Pidie, 2012).
Dari latar belakang diatas penulis tertarik meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Tentang Penggunaan Jamban Bagi Masyarakat di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kebupaten Pidie Tahun 2012”.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang Penggunaan Jamban Bagi Masyarakat di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang Pengetahuan penggunaan jamban bagi masyarkat di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui tingkat pengetahuan tentang pengertian jamban di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.
b.      Tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis jamban di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.
c.       Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kegunaan jamban di Desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2012.

D.    Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya permasalahan, maka dalam penlitian ini penulis membatasi runag lingkupnya hanya pada pengetahuan penggunaan jamban yang meliputi pengertian jamban, jenis-jenis jamban dan kegunaan jamban di desa Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie.

E.     Manfaat Penelitian
                  1.      Dinas Kesehatan kabupaten Pidie, sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan tentang pelaksanaan program pengelolaan jamban keluarga.
                  2.      Bahan masukan bagi masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan khususnya pembuangan tinja.
                  3.      Penulis, dapat mengaplikasikan sebagai kesempatan untuk mengaplikasi yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di akademi keperawatan     .
                  4.      Sebagai bahan referensi bagi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Pidie.
 



 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes