Tuesday 16 April 2013

Makalah Kerukunan Antar Umat Beragama



Kakuchi Photocopy Sigli


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh manusia, karena itu agama Islam tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan sesama umat Islam, tetapi juga hubungan dengan umat beragama lain.

1.2  Permasalahan
Pemahaman islam yang masih sempit menjadi salah satu bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya. Apakah permusuhan sesama manusia merupakan sikap yang dibenarkan oleh islam?
 Ada perbedaan yang mendasar antara umat yang berbeda agama didunia (pluralitas agama), namun apakah antara keduanya tidak saling memerlukan?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1.    Mewujudkan kesadaran dan menjalin hubungan pribadi yang akrab dalam menghadapi masalah bersama.
2.    Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama.
3.    Memotivasi dan mendinamisasikan umat beragama khususnya umat islam agar dapat ikut serta dalam upaya menjalin tali silaturahmi.


BAB II
ISLAM AGAMA RAHMATAN LIL ALAMIN

Setiap agama di dunia kebanyakan mengambil nama dari penemunya atau tempat 
dimana agama tersebut dilahirkan dan dikembangkan, sebagaimana agama Nasrani yang mengambil nama dari tempat Nazareth, agama Budha yang berasal dari nama pendirinya Budha Gautama. Tetapi tidaklah demikian untuk agama Islam, agama Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang, tempat, atau masyrakat tertentu dimana agama ini dilahirkan atau disiarkan.
Agama Islam adalah agama yang allah turunkan sejak manusia pertama,yaitu Nabi Adam as kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada Nabi atau Rosul berikutnya. Akhir dari penurunan agama Islam itu terjadi pada masa kerosulan Muhammad Saw pada abat ke VII masehi.
Ketika Islam mulai disampaikan oleh Rosulullah Saw kepada masyarakat Arab, beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan mentaati ajaran Islam, tanggapan yang mereka sampaikan pada Rosulullah adalah sikap heran dan aneh. Islam dianggapnya sebagai ajaran yang menyimpang dari tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi masyrakat Arab, yang telah mereka taati secara turun menurun, dan mereka tidak mau tahu apakah tradisi tersebut salah atau benar, di dalam hadist (Qs. Al Baqarah : 170) juga digambarkan bahwa “Islam datangnya dianggap asing dan akan kembali diaggap asing, namun berbahagialah orang yang dianggap asing tersebut”.
Kata Islam berarti damai, selamat, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian tersebut menunjukan bahwa agana Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk mendatangkan dan membuat bencana atau kerusakan di muka bumi.
Fungsi Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin tidak tergantung pada peneriman atau penilaian manusia, substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut,dan fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain , apabila manusia sebagai pengemban amanat Allah telah dapat mentaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan khaffah.
Fungsi Islam juga sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana, dijelaskan oleh Allah dalam Alqur’an surat Al Anbiya’: 170 yang artinya:”Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat sebagai semesta alam.” Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu adalah:
  1. Islam menunjukan Manusia jalan hidup yang benar.
  2. Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupaun non muslim.
  3. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan professional.
  4. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab, dll.



BAB III
UKHUWAH

3.1  Pengertian Ukhuwah
 Makna ukhuwah berarti persaudaraan, yang maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik sama suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain menglami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan. Ukhuwah yang perlu kita jalin bukan hanya intern seagama saja akan tetapi yang lebih penting lagi adalah antar umat beragama.

3.2  Macam-macam Ukhuwah
  1. Ukhuwah Islamiyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan  yang diikat oleh aqidah/keimanan, tanpa membedakan golongan selama aqidahnya sama maka itu adalah saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Alqur’an surat Al Hujarat : 10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara, oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertaqwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmatnya “.
Dari ayat di atas jelas bahwa kita sesama umat islam ini adalah saudara, dan wajib menjalin terus persaudaraan di antara sesama umat Islam dan marilah yang mana saudara kita jadikan saudara dan janganlah saudara kita anggap sebagai musuh,hanya karna masalah masalah-masalah sepele yang tidak berarti.yang pada akhirnya mengancam ukhuwah Islamiyah yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa.
  1. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia harus dapat memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran bahwa semua orang umat manusia adalah makhluk Allah, sekalipun Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya. Jika ukhuwah insyaniyah tidak dilandasi dengan ajaran agama keimanan dan ketaqwaan, maka yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal dan haram bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesama.
  1. Ukhuwah Wathoniyah
Yaitu persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang lainnya. Semua itu perlu untuk dijalin karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rosulullah bersabda “Hubbui wathon minal iman”, artinya: Cinta sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
Sebagai seorang muslim, harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktualisasikan ketiga macam ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ketiganya terjadi secara bersama, maka ukhuwah yang harus kita prioritaskan adalah ukhwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akherat.

3.3  Urgensi Ukhuwah
Di tengah-tengah kehidupan Zaman modern, yang cenderung individulis dan materilis ini, persaudaraan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat urgen untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai. Urgensi ukhuwah itu diantaranya:
  1. Ukhuwah menjadi pilar kekuatan islam.
Rosulullah SAW bersabda: “Al Islamu ya’lu wala yu’la alaih”, artinya Islam itu agama yang tinggi tidak ada yang lebih tinggi dari Agama Islam. Ketinggian dan kehebatan Islam itu akan menjadi realita manakala umat Islam mampu menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya, memperbanyak persmaan dan memperkecil perbedaan. Jika umat Isam sering bermusuhan maka Islam akan lemah dan tidak mempunyai kekuatan.
  1. Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari iman.
Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwah dan ukhuwah tidak akan bermakna tanpa dilandasi keimanan. Manakala ukhuwah lepas kendali iman, maka yang menjadi perekatnya adalah kepentingan pribadi, kelompok kesukuan, maupun hal-hal lain yang bersifat materi yang semuanya itu bersifat semu dan sementara.
  1. Ukhuwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh Islam.
 Orang-orang non Islam mempunyai misi yang sama yaitu memusuhi dan menghancurkan Islam,dan mereka selalu bersama-sama antara yang satu dengan yang lain. Realitanya seperti sekarang ini Islam selalu “diobok obok” dan selalu di kambing hitamkan oleh mereka. Oleh karena itu umat Islam jangan mudah terpengaruh dan jangan mudah terprofokasi dengan mereka kita harus menghadapi dengan barisan ukhuwah yang rapi dan teratur, jika kita bermusuhan maka mereka akan mudah memecah belah dan menghancurkan Islam.
  1. Ukhuwah yang solid,dapat memudahkan  membangun masyarakat madani.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal yang memiliki karakteristik dan mejujung tinggi kedamaian, kerukunan, dan saling tolong menolong. Nilai-nilai tersebut akan mudah terwujud manakala manusia memiliki ketulusan dan kemauan yang tinggi untuk merajut dan membangun simpul ukhuwah yang sudah terpoyak.

3.4  Hal-hal yang Dapat Menghancurkan Ukhuwah Islam
Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukuwah memang tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak masalah yang dapat menghancurkan ukhuwah Islam tentunya membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang di bawah ini adalah contoh masalah yang dapat menghacurkan ukhuwah Islam diantaranya:
  1. Pemahaman Islam yang tidak komperehensif dan kaffah.
Berbagai pertentangan atau permusuhan diantara sesama yang sering terjadi adalah dikarenakan oleh pemahaman umat Islam sendiri yang masih dangkal. Umat Islam masih parsial dalam mengkaji Islam belum integral, belum kaffah, sehingga mereka cenderung untuk mencari perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip dari kesamaannya. Karena pemahaman Islam yang masih sempit inilah yang menjadi salah satu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap sesama umat beragama.
  1. Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan.
Sikap fanatik yang berlebihan dengan mengagung-agungkan kelompokya, menganggap kelompoknya paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu agama itu pun merupakan perbuatan tidak terpuji dan tidak dibenarkan dalam islam, karena dapat merusak tali ukhuwah.
  1. Suka bermusuhan antar umat beragama.
Ini adalah merupakan masalah yang dapat menghancurkan ukhuwah Islam yang sangat berbahaya, jika dala hati manusia sudah dirasuki sifat hasut, dengki, iri hati maka yang ada dalam hatinya hanyalah dendam dan permusuhan. Jika hal ini kita akhiri maka ukhuwah akan damai dan tentram.
  1. Kurangnya toleransi atau tasamuh.
Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap peredaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan kreatif, juga dapat penghalang dalam merajut kembali ukhuwah. Oleh karena itu perlu kita optimalkan secara terus menerus untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3.5  Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah
Ukhuwah sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT, harus terus menerus di upayakan penerapannya dalam kehidupan umat maanusia dalam rangka mewujudkan kerukunan dan perdamaian di muka bumi. Hal ini akan dapat tercipta manakala ukhuwah atau persaudaraan dapat di wujudkan.
Adapun langkah-langkah konkret yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah atau persaudaraan adalah sebagai berikut:
1.      Secara terus-menerus melakukan kegiatan dakwah Islamiah terhadap umat Islam, tentang pentingnya menjalin ukhuwah terhadap sesamanya dan menjelaskan pada mereka tentang bahayanya jika kita saling bermusuhan. Tentunya dengan metode yang teratur dan sistematis, baik melalui dakwal bil lisan, dakwal bil hal dan dakwal bil qolam.
2.      Berusaha meningkatkan frekuensi silaturrahmi, saling mengunjungi, saling bertegur sapa baik dalam forum formal maupun informal terutama kepada mereka yang memutuskan hubungan baik dengan kita. Silaturrahmi ini di samping dapat merajut ukhuwah, juga banyak segi manfaatnya bagi pelaku silaturahm, sebagaimana di sabdakan oleh rosulullah SAW yang artinya: “Barang siapa yang ingi dilapangkan rizqinya dan di panjangkan umumnya maka yang senang silaturahmi”.
3.      Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama untuk menyamakan persepsi terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan bukan perbedaa, untuk mengantisipasi terhadap perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik kontroversial, menahan diri dari komentar-komentar yang belum jelas, tidak mudah emosional dan senantiasa mengedepankan rasional dan pertimbangan akal sehat dan pada akhirnya tercipta budaya dialog yang sehat yang mengarah mempererat tali ukhuwah dan terciptanya kerukunan.
4.      Meningkatkan lembaga-lembaga lintas organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk terus menerus melakukan berbagai macam kegiatan yang berorientasi pada upaya merajut simpul ukhuwah agar tercapai tatanan masyarakat penuh kerukunan dan kedamaian sebagaimana yang kita cita-citakan bersama.
5.      Menghimbau kepada semua umat manusia terutama umat Islam untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwanya, karena iman dan takwanya berkulitas dan sempurna, maka mereka mempunyai kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan kebenaran termasuk dalam hal mengaktualisasi ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.


BAB IV
KERUKUNAN DAN KEBERSAMAAN DALAM PLURALITAS AGAMA

4.1  Pengertian Kerukunan Menurut Islam
Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh” atau toleransi. Sehingga yang dimaksud toleransi adalah kerukunan social kemasyarakatan, bukan dalam hal akidah Islamiyah (keimanan), karena akidah telah digariskan secara jelas dan tegas dalam Alqur’an dan Hadits. Dalam hal akidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Kafirun ayat 1-6.
Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Pluralitas merupakan hukum alam (sunnatulah) yang mesti terjadi dan tidak mungkin terelakkan. Hal itu sudah merupakan kodrati dalam kehidupan dalam QS. Al Hujarat: 13, Allah menggambarkan adanya indikasi yang cukup kuat tentang pluralitas tersebut.
Namun, pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan adanya kemajemukan, tetapi lebih dari itu adanya ketrlibatan akti terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Pluralitas agama dapat kita jumpai dimana-mana, seprti di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat bekerja dan di perguruan tinggi tempat belajar dll. Seseorang baru dikatakan memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan. Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain,tetapi juga harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna mencapai kerukunaan dan kebersamaan.
Bila dilihat, eksistensi manusia dalam kerukunaan dan kebersamaan ini, diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunya, tetapi pada kitanya atau pada kebersamaannya. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama tetapi yang lebih penting adalah ”antar umat beragama didunia” (pluralitas Agama).
Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah mewujudkannya dalam setiap diri individu, setelah itu melangkah pada keluarga, kemudian masyarakat luas pada seluruh bangsa di dunia ini dengan demikian pada akhirnya dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia.
Itulah konsep ajaran Islam tetang “Kerukunaan Antar Umat Beragama”, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya  yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah.

4.2  Pandangan Islam Tehadap Pemeluk Agama Lain
  1. Darul Harbi (daerah yang wajib diperangi)
Islam merupakan agama rahmatan lil-‘alamin yang memberikan makna bahwa perilaku Islam terhadap nonmuslim dituntut untuk kasih sayang dengan memberikan hak dan kewajiban yang sama seperti halnya penganut islam sendiri dan tidak saling mengganggu dalam hal kepercayaan. Islam membagi daerah (wilayah) berdasarkan agamanya atas Darul Muslim dan Darul Harbi. Darul Muslim adalah suatu daerah yang didiami oleh masyarakat muslim dan diberlakukan hokum Islam. Sedangkan Darul Harbi adalah suatu wilayah yang penduduknya memusuhi Islam. Penduduk Darul Harbi selalu mengganggu penduduk Darul Muslim, menghalangi dakwah Islam, bahkan melakukan penyerangan terhadap Darul Muslim. Menghadapi penduduk Darul Harbi yang demikian, umat Islam wajib melakukan jihad melawannya, seperti difirmankan dalam Alqur’an surat Al Mumtahanah: 90 yang artinya: “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negarimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
  1. Kufur Zimmy
Dalam suatu perintah Islam, tidaklah akan memaksa masyarakat untuk memeluk Islam dan Islam hanya dismpaikan melalui dakwah (seruan) yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim berdasarkan pemikiran wahyu yang menyatakan : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. Kufur Zimmy adalah sekelompok individu bukan Islam, akan tetapi mereka tidak membenci Islam, t\idak membuat kerusakan, dan tidak menghalangi dakwah Islam. Mereka harus dihormati oleh pemerintah Islam dan diperlakukan seperti umat Islam dalam pemerintahan serta berhak diangkat sebagai tentara dalam melindungi daerah Darul Muslim. Adapun agama dan keyakinan Kufur Zimmy adalah diserahkan kepada mereka sendiri dan umat Islam tidak diperbolehkan mengganggu keyakinan mereka. Adapaun pemikiran Alqur’an mengenai Kufur Zimmy seperti dalam surat Al Muntahanah: 8 yang artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mebgusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
  1. Kufur Musta’man
Kufur Musta’man adalah pemeluk agama lain yang meminta perlindungan keselamatan dan keamanan terhadap diri dan hartanya. Kepada mereka pemerintah Islam tidak memberlakukan hak dan hukum negara. Diri dan harta kaum musta’man harus dilindungi dari segala kerusakan dan kebinasaan serta bahaya laiinya, selama mereka di bawah perlindungan pemerintah Islam.
  1. Kufur Mu’ahadah
Kufur Mu’ahadah adalah negara bukan Negara Islam yang membuat perjanjian damai dengan pemerintah Islam, baik disertai perjanjian tolong-menolong dan bela-membela atau tidak.

4.3  Kerukunan Intern Umat Islam
Kerukunan intern umat Islam di Indonesia harus berdasarkan atas semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Hujurat: 10. Kesatuan dan persatuan intern umat Islam diikat oleh kesamaan akidah (keimanan), akhlak, dan sikap beragamanya didasarkan atas Alqur’an dan Al-Hadits.
Adanya perbedaan di antara umat Islam adalah rahmat asalkan perbedaan pendapat itu tidak membawa perpecahan dan permusuhan.

4.4  Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari makalah yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama” ini dapat diambil kesimpulan:
1.    Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupun nonmuslim.
2.    Dalam agama Islam mewajibkan penganutnya untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.
3.    Umat Islam diwajibkan untuk memelihara ukhuwah islamiyah.
4.    Perbedaan merupakan suatu kenikmatan dari Allah SWT yang patut di syukuri, karena dengan perbedaan, manusia dapat lebih menghargai hidup dan memperkuat persatuan dan kesatuan suatu bangsa.

5.2    Saran
1.    Jalinlah persaudaraan sesama umat beragama dan antarumat beragama, yang merupakan salah satu cara bertakwa kepada Allah SWT.
2.    Sebagai umat beragama, harus bisa memahami perbedaan guna mencapau kerukunan dan kebersamaan sebagai sesama manusia.



DAFTAR PUSTAKA

·         Buku:
Tim Dosen Agama Islam ITS. Materi Kuliah Pendidikan Agama Islam. 2005. Surabaya: ITS Pers.

Saturday 13 April 2013

Rahasia Sulap : Koin Menembus Botol

Pernahkah agan melihat sulap koin menembus botol, berikut trik sulapnya :

1. Ambilah sebuah tutup botol, nah ini bagian pertama melakukan trik. Setelah mengambil tutup botol kamu harus mempersiapkan sebuah koin. Kalau koin tersebut sudah ada, coba rekatkan atau lem koin tersebut di dalam tutup botol dengan menggunakan lem solatif bolak balik, namun perlu diperhatikan dalam merekatkan koin tersebut jangan terlalu rapat menempelkannya



2. Biasanya suruh seorang sukarelawan memeriksa botol yang akan digunakan dalam bermain sulap. Namun ingat! tutupnya jangan di perlihatkan, penutupnya yang anda harus diletakan di tangan anda.

3. Setelah sukarelawan memeriksanya, pastikan sukarelawan mengetahui bahwa botol tersebut tidak ada rekayasa, tahapan selanjutnya anda tinggal mengambil botol dari tangan sukarelawan.

4. Setelah botol yang anda pegang penutupnya di letakan di lubang botol dan ini merupakan keahlian kecepatan trik kecepatan tangan. Setelah penonton tidak mengetahui bahwa anda tidak memegang tutup botol yang berisi koin. Coba anda hentakan botol tersebut agar koin tersebut lepas dari lem, dengan sangat mudah uang koin tersebut sudah masuk dalam botol.

KTI KEPERAWATAN : Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan



Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008).
Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dan perlu diketahui bahwa buang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini batita diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan. (Hidayat, 2005)
Toilet training (mengajarkan balita ke toilet) adalah cara balita untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. (Rahmi, 2008)
Pada waktu malam, latihan buang air kecil (miksi) menjadi tidak sempurna atau lengkap sampai usia 4-5 tahun. Di siang hari ngompol dapat juga terjadi terutama pada saat aktivitas bermain menyita penuh perhatian balita, sehingga bila mereka tidak diingatkan maka mereka akan terlambat pergi ke kamar mandi. Pada balita laki-laki, mampu untuk berdiri dan meniru ayahnya setelah diajarkan mengenai toilet training merupakan motivasi yang kuat selama masa prasekolah. Beberapa teknik dianjurkan untuk batita yang koperatif, seperti menggunakan pispot “portable” yang memberikan perasaan aman pada balita atau pispot protable yang berada pada satu tempat dengan kloset yang digunakan sehari-hari. Apabila pispot tidak tersedia, batita dapat duduk atau jongkok diatas toilet dengan bantuan. perkuat toilet training dengan memotivasi balita untuk duduk pada pispot dalam jangka waktu yang relatif lama. Balita dianjurkan untuk meniru orang lain (kakaknya) dan menghindari contoh yang keliru. (Nursalam, 2005)
Menurut American Accademy of Pediatric, tak ada batasan usia yang tepat, karena semuanya tergantung dari kesiapan fisik dan psikis si batita. Beberapa batita berusia 1 hingga 2 tahun sudah dapat menunjukkan tanda-tanda siap untuk toilet training namun banyak juga batita yang hingga berumur 30 bulan atau lebih tidak siap dengan konsep toilet training. (Rahmi, 2008)

Beberapa ahli berpendapat bahwa ada usia tertentu dimana seorang batita harus diajarkan toilet training. Usia yang tepat untuk diajarkan hal ini adalah saat anak berusia 12 tahun. Karena jika balita pada usia tersebut belum siap diajarkan maka orang tua tidak perlu untuk memaksakan batita mereka karena dapat berdampak negatif bagi hubungan batita dan orang tua di kemudian hari. Mengajari batita untuk menggunakan tolilet membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran yang paling penting di ingat adalah orang tua tidak bisa mengharapkan dengan cepat si batita langsung bisa menggunakan toilet. Toilet training sebaiknya di ajarkan dengan santai dan tanpa kemarahan. Karena orang tua khususnya peran ibu merupakan sebagai fasilitator dalam mengajarkan si batita untu membuang hajatnya di kamar mandi (toilet training). (Rahmi, 2008)
Setiap batita mempunyai perkembangan yang berbeda-beda dan unik. Beberapa batita sudah siap dengan toilet training dari kecil. Mungkin batita baru 18 bulan, batita sudah dapat belajar menggunakan toilet, tetapi ada beberapa batita yang belum siap dan memerlukan waktu yang lebih lama, misalnya setelah ia berumur 3 tahun. Bila batita sudah dapat mengganti diaper atau dapat membuka celana sendiri pada saat mereka buang air kecil, belum tentu batita siap untuk belajar dengan metode toilet training. Seorang batita memerlukan perkembangan fisik dan emosional yang baik untuk dapat belajar hal ini. (Rahmi, 2008)
Sebagai orang tuanya, buatlah pelajaran pengenalan toilet sehalus dan sealami mungkin bahwa batita memerlukan proses tersebut, jangan sampai melatihnya dengan memaksa atau dengan nada mengancam, jika dia mengalami traumatik toilet maka pembelajaran tersebut akan berlarut-larut. Salah satu cara mengajarkan pada batita yang cukup efektif adalah dengan menirukan apa yang dilakukan orang tuanya., kemudian diletakkan didekat kloset dan biarkan ia mencontoh orang tua untuk menggunakan kloset dengan memakai pispot. Letakan pispot di samping kloset, biarkan si kecil menirukan orang tuanya saat BAB dan BAK. Tanda-tanda fisik dan mental sebenarnya bukan merupakan faktor utama dari seni keterampilan sadar toilet ini. Motivasi adalah kunci utamnya, jika di batita menunjukkan hasratnya untuk pergi dan mengenal kamar mandi, sebagai bagian dari hasrat peniruan perilaku orang-orang dewasa sekitarnya, maka dari itu waktunya bagi orang tua untuk merespon dan mengajarkan pada batita cara metode toilet training. (Rahmi, 2008)
Data yang diperoleh dari jumlah pengunjung posyandu Delima di Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan jumlah ibu yang mempunyai batita yang berumur 18 bulan – 3 tahun sebanyak 68 batita. (Buku Daftar Pengunjung Posyandu Delima , 2009).
Dengan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun proposal karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan – 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

B.     Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan – 3 tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

C.    Pertanyaan Penelitian
  1. Seperti apakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan – 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

D.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan – 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
  1. Tujuan Khusus
Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan – 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Pembantu Air Paoh Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

E.     Manfaat Penelitian
  1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan analisa peneliti di masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penerapan toilet training pada batita usia 18 bulan – 3 tahun.
  1. Bagi Ibu
Hasil penelitian dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahyan bagi ibu dalam menerapkan toilet training pada batita usia 18 bulan – 3 tahun.
  1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan sehingg dapat meningkatkan promosi kesehatan dalam menerapkan toilet training pada batita usia 18 bulan – 3 tahun.
  1. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan mahasiswa, sehingg dapat menjadi bahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam proses belajar mengajar bagi siswa kesehatan jurusan keperawatan.



F.     Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009, waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2009.
Karena keterbatasan peneliti maka variabel yang diteliti hanya pengetahuan keluarga tentang penerapan toilet training, karena peneliti menganggap pengetahuan merupakan faktor yang paling utama dan paling mendukung.














BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.        Konsep Toilet Training
1.      Definisi
Toilet training merupakan metode pelatihan buang air untuk balita atau metode yang diberikan kepada balita agar membuang air besar atau kecil di toilet atau kamar mandi. Selain memberikan training, orang tua juga harus belajar memperhatikan sinyal si balita jika dia memang benar-benar mau BAB atau BAK. Anak yang sudah diajarkan teknik toilet training, maka balita akan mulai mempunyai kesadaran terhadap diri sendiri. Mereka mencari cara untuk menguji keterbatasan mereka dengan cara menahan keinginan BAB atau BAKnya. Biarkan si balita mempelajari dan memperhatikan anda menggunakan toilet dan ketika balita mulai bertanya dan ikutan masuk ke dalam toilet, buatlah agar si balita merasa nyaman dan mulai untuk menjelaskan fungsi dan cara-cara penggunaanya. Berilah contoh padanya, karena balita akan memulai untuk menirukan orang tuanya. Karena dengan    salah    satu    cara   ini mungkin orang tua akan lebih berhasil dalam


semua proses ini. Jika orang tua bisa terjun langsung membimbing si buah hati dan berilah cukup waktu untuk menemaninya dalam menjalani proses ini.
2.      Tanda-tanda kesiapan si kecil untuk mulai training
a.       Anak tidak mengompol minimal 2 jam saat siang hari atau setelah tidur siang.
b.      BAB menjadi teratur dan dapat diprediksi.
c.       Ekspresi wajah, postur tubuh dan kata-kata yang menunjukkan keinginan BAB atau BAK.
d.      Anak sudah dapat mengikuti perintah-perintah sederhana.
e.       Anak dapat berjalan dari dan ke kamar mandi serta membantu melepas pakaian.
f.       Anak nampak tidak nyaman dengan popok yang kotor dan ingin dig anti.
g.      Anak meminta menggunakan toilet atau pot.
h.      Anak meminta menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar.
3.      Saat mengenalkan toilet training pada balita
a.       Umur anak antara usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun sebelum mereka cukup dewasa untuk pergi sendiri ke toilet.
b.      Perlu di ingat bahwa toilet training adalah pengetahuan baru untuk anak balita anda.
c.       Pujilah setiap keberhasilan kecil dan tetap tenang jika terjadi kecelakaan.
d.      Berikan pelatihan buang air (toilet training) dengan rasa humor yang tinggi.
e.       Adanya kesabaran yang tak terbatas. 
4.      Tanda-tanda kesiapan balita untuk melakukan toilet training
a.       Tanda psikologis
1)          Anak anda sudah berjalan, berlari dengan stabil.
2)          Urine yang ia keluarkan banyaknya kurang lebih sama setiap ia pipis.
3)          Waktu buang air besar atau kecil sudah dapat diprediksikan secara regular atau rutin.
4)          Memiliki waktu “kering” periodenya antara 3 atau 4 jam, dimana otot kandung kemih balita anda sudah dapat menahan urine secara baik.
b.      Tanda dari prilaku
1)      Dapat duduk dengan tenang kurang lebih 2 sampai 5 menit
2)      Sudah dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri
3)      Sudah merasa tidak nyaman jika mengenakan diaper yang terasa basah atau kotor.
4)      Menunjukkan perhatian terhadap kebiasaan ke kamar mandi seperti mengikuti anda ke kamar mandi dengan mengenakan pakaian dalam.
5)      Sudah dapat memberi tahu anda jika dirinya ingin buang air kecil atau juga BAB.
6)      Sudah ingin menunjukkan kemandirian.
7)      Merasa sangat senang jika ia bisa melakukanya dengan baik apa yang bisa ia lakukan sendiri.
8)      Tidak menolak dan dapat bekerja sama saat anda mengenalkannya pada toilet training.  
c.       Tanda kognitif
1)      Bisa mengikuti dan menuruti instruksi anda seperti “tolong ambilkan mainan itu”
2)      Memiliki bahasa sendiri tentang “dunia toilet” seperti “Pee” dan Popup.
3)      Sudah mengerti tentang reaksi tubuhnya jika ingin buang air kecil atau besar dan dapat memberitahu anda sebelum terjadi.
5.      Tips memulai toilet training agar berhasil
a.       Gunakan kursi jamban di lantai
Kursi jamban lebih aman bagi balita, karena kakinya menampak lantai, sehingga orantua tidak perlu khawatir si kecil terjatuh.
Jika memutuskan meletakkan kursi jamban diatas tablet, gunakan sandaran kaki untuk si balita.
b.      Anak harus diperbolehkan menggunakan kursi jambanya untuk mainan duduk diatasnya dengan pakaian lengkap dan bagian bawah terbuka, dengan cara itulah dia bisa membiasakan diri menggunakan kursi jambanya.
c.       Jangan mengikat si balita di kursi jamban.
d.      Awali dulu dengan dengan latihan BAB
Sebab balita lebih bisa belajar pergi ke kursi jamban untuk BAB sebelum BAK.
e.       Gunakan kata-kata khusus untuk BAB dan BAK
Misalnya pipis dan BAB, dengan begitu si balita akan menghapal dan menggunakanya untuk memberitahu saat ia ingin BAK dan BAB.
f.       Hindari menggunakan kata-kata negatif
Seperti kotor, nakal, busuk/pesing untuk istilah yang terkecil dengan BAB/BAK juga digunakan nada yang biasa saat bicara tentang BAB/BAK.
g.      Tenang saja jika si balita turun dari kursi jamban sebelum BAB/BAK  
Jangan tunjukkan kejengkelan, coba lagi nanti jika berhasil menggunakan kursi jambannya dengan benar, berikan pujian/hadiah dalam bentuk senyuman, peluk atau tepuk tangan pelan.
h.      Anak-anak belajar dari meniru
Akan membantu jika balita duduk di kursi jambanya saat anda menggunakan toilet.
i.        Balita sering mengikuti orantua ke kamar mandi
Ini mungkin tanda bahwa balita sudah mau menggunakan jamban kursinya.
j.        Sejak awal, ajari si balita BAK sambil duduk atau jongkok.
Sebab, sulit bagi balita untuk mengendalikan otot-otot sistem perkemihan dengan berdiri.
6.      Ada 4 aspek dalam pra – toilet training yaitu:
a.       Menyebutkan istilah untuk BAB dan BAK
Misalnya menyebutkan kata pipis untuk BAK dan eek atau pup untuk BAB.
b.      Memberi kesempatan melihat orang lain memakai toilet
Ini memungkinkan si kecil melihat, mengajukan pertanyaan dan belajar cara menggunakan toilet.
c.       Mengajari mengganti celana
Ganti celana balita secepatnya jika basah karena ompol atau kotoran. Dengan begitu, ia akan merasa sirih bila memakai celana basah atai kotor. Tapi jangan dimarahi atau mengomeli si balita kalau ia mengompol atau BAB di celana.
7.      Tahapan toilet training
a.       Ajarkan anak untuk memberikan anda bila ingin BAB atau BAK
Balita seringkali memberitahu anda pada saat dia sudah mengompol atau BAB ini merupakan tanda bahwa ia mulai mengenal fungsi tubuhnya, ajarkan balita agar lain kali memberi tahu anak anda sebelum BAK atau BAB.
b.      Tumbuhkan rasa tertarik dengan aktivitas di kamar mandi.
Sesekali biarkan ia memperhatiakn orantuanya pergi ke kamar mandi, sehingga ia memiliki keinginan yang sama.

c.       Tunjukan cara cebok (membasuh) yang benar
Untuk balita perempuan sebaiknya membersihkan dari depan ke belakang untuk mencegah penyebaran kuman dari rectum ke vagina / kandung kemih.
d.      Ketika si balita sudah siap, anda sebaiknya memilih pot (potty chair) untuk BAK/BAB pot lebih mudah digunakan untuk balita, karena pendek sehingga balita tidak sulit untuk duduk diatasnya dan kaki anak dapat mencapai lantai.
e.       Ketika balita tampak ingin BAB/BAK, pergilah ke pot.
Biarkan anak duduk di pot beberapa menit, jelaskan bahwa anda ingin BAB/BAK siditu. Bergembiralah, jangan memperlihatkan ketegangan. Jika ia protes jang memaksa, mungkin balita belum saatnya untuk memulai toilet training.
f.       Latih balita menggunakan pot secara rutin
Misalnya menjadi kegiatan pertama di pagi hari ketika balita bangun setelah makan atau sebelum tidur siang.
g.      Si balita akan menunjukkan pada anda jika dia sudah siap pindah dari pot ke toilet sesungguhnya. Pastikan ia cukup tinggi dan latihlah tahap demi tahap bersama.



B.         Konsep Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1993) pengetahuan adalah hasil dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan adalah hasil dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Green (1980) mengatakan peningkatan, pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku, pengetahuan dapat diperolah dari tingkat pendidikan, karena semakin tinggi pendidikan seseorang makin realistis cara berfikirnya serta semakin luas ruang lingkup jangkauan berfikirnya.
Notoatmodjo 91993) mengungkapkan enam tingkatan pengetahuan yang terdiri dari:
1.   Tahu (Know)
          Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  

2.      Memahami (Comprehension)
          Memahami  diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.  
3.      Aplikasi (Aplication)
          Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4.      Analisa (Analysis)
        Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.    Sintesis (Syntesis)
          Sintetis menunjukkan kepada suatu komponen untuk melatakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6.      Evaluasi (evaluation)
          Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
C.    Kerangka Teori
Atas dasar tinjauan kepustakaan seperti yang diuraikan diatas, bahwa pengetahuan ibu dipengaruhi oleh faktor pendidikan atau pengetahuan ibu sangat besar dampaknya terhadap kesehatan, perilaku yang positif dalam arti prilaku kesehatan yang baik akan menunjang atau mempertinggi derajat kesehatan keluarga (Notoatmodjo, 2007)
Mengenai perilaku kesehatan Lawrence Green mengemukakan terhadap terjadinya prilaku, yaitu:
1.      Faktor Predisposisi (faktor penentu)
2.      Faktor Enabling (faktor pendukung)
3.      Faktor Reinforcing (faktor pendorong)
Perilaku dan pola kehiduan manusia itu sendiri mempunyai perilaku penting terhadap munculnya masalah kesehatan, penting dan besarnya pengaruh faktor perilaku terhadap derajat kesehatan. Di lukiskan oleh H.L Bloom dalam suatu gambaran sebagai berikut (Mantra, 2005).

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes