Tuesday 7 May 2013

KTI KEPERAWATAN : Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian bahwa berbagai masalah gizi lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat di daerah pedesaan yang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang baik jumlah maupun mutunya. Sebagian besar dari masalah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya  adalah faktor ekonomi. (Harnanto Wiryo, 2002).
Dan status gizi balita dapat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu tentang gizi yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan ibu yang juga memberi andil yang besar terhadap status gizi buruk balita. Pengetahuan dan pemahaman ibu yang terbatas akan mempengaruhi pola pemenuhan gizi balita sehingga penerapan pola konsumsi makan belum sehat dan seimbang. (Harnanto Wiryo, 2002).
Bayi dan balita merupakan kelompok masyarakat yang paling peka terhadap kekurangan gizi. Dari data yang telah terkumpul di negara-negara maju dengan jelas menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara tingkat sosial ekonomi dengan berat badan bayi yang dilahirkan. Mereka lahir dari ibu dengan status ekonomi yang rendah biasanya menghasilkan bayi premature atau bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai berat badan 300-400 gram lebih ringan dari bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang cukup ekonominya. (Harnanto Wiryo, 2002).
Menurut WHO (world health organization) telah diperkirakan 55% kematian anak disebabkan oleh malnutrisi bahkan pada balita berpengaruh pada perkembangan otak yang 80% proses pertumbuhanya terjadi pada masa itu dan resiko meningkat tajam pada kondisi buruk atau KEP (kurang energi protein)
Sementara menurut pengelompokan prevalensi gizi kurang organisasi kesehatan dunia (WHO), Indonesia tergolong sebagai negara dengan status gizi tinggi pada tahun 2004. Karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47%) termasuk dalam kelompok gizi kurang dan gizi buruk.  
Pada saat ini sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umunya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi ini sering terluputkan dari penglihatan atau pengamaan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian bayi, angka kematian balita serta rendahnya umur harapan hidup. (Roy Tjong,2005).
Data United National Children’s Fund (UNICEF) tahun 1999 menunjukkan 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia (4 juta diantaranya dibawah satu tahun) berstatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan kematian. Malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak setiap tahun diperkirakan 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal, ini berarti setiap 2 menit

terjadi kematian satu anak balita dan 17.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buru. Dari seluruh anak 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia sekitar seperempat sekarang berada dalam kondisi kurang gizi.
Menurut Rahmad (2007) yang mewakili komisi perlindungan anak Indonesia, angka kematian bayi di Indonesia memang turun, namun untuk status gizi buruk Indonesia hanya sedikit lebih baik dari India. Data UNICEF tahun 2007 menyatakan ada 8,3% balita di Indonesia yang berstatus gizi buruk akibat asupan gizi kurang dan perubahan pola asuh keluarga yang tidak terpantau dengan baik.
Di tinjau dari HDI (Human Development Index) atau indeks pembangunan manusia sampai tahun 1997 terus mengalami perbaikan. Namun krisis ekonomi yang lalu telah menyebabkan peringkat Indonesia turun pada urutan ke 110 pada tahun 2002, pada tahun 2003 menurun pada peringkat 112 dari 175 negara. Sedangkan yang menjadi faktor penentu HDI adalah pendidikan kesehatan dan ekonomi yang erat kaitanya dengan status gizi masyarakat (Roy Tjong,2005).
Kondisi ini menyebabkan kesehatan anak di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN. Ini merupakan dampak dari krisis moneter yang berkepanjangan sejak tahun 1997 yang menyebabkan kenaikan harga bahan pangan disertai kenaikan pendapatan yang membuat masyarakat sulit menenuhi standar gizi anaknya (Santoso, 2005)


.
Berdasarkan hasil penelitian Santoso (2005) di Yogjakarta program perbaikan gizi dalam rangkan mendukung visi-visi “Indonesia sehat 2010” bertujuan untuk meningkatkan produktifitas sumber daya manusia (SDM). Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi dan pelembagaan keluarga mandiri sadar gizi. Meningkatkan keadaan gizi masyarakat untuk mencapai gizi seimbang dengan menurunkan jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk dan gizi  lebih, meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan swasembada pangan. (Santoso, 2005)
Di Indonesia penanggulangan gizi buruk telah lama dilakukan dan penurunan prevalensinya sudah cukup memuaskan, tetapi 4 (empat) masalah gizi utama yaitu KEP (Kurang Energi Proetin) pada balita kurang vitamin A pada balita gangguan akibat yodium dan anemia. Prevalensi gizi kurang (BB menurut umur) 29,5% tahun 1998 menjadi 27,5% pada tahun 2003. Prevalensi gizi buruk sebesar 7,6 % pada tahun 2000 menjadi 8,3% pada tahun 2003, prevalensi kurang vitamin A sub klinis pada balita (Serum Rectional < 20 49/ di darah) 50% pada tahun 2003 (Depkes RI, 2000)
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tidak boleh dikonsumsi anak balita. Peran keluarga dalam penanggulangan gizi menjadi perhatian bagi penyusunan program. Sebab masalah gizi buruk pada balita dapat berakibat fatal misalnya dapat terjadi gagal tumbuh (growth retardation). Dan menurut Ari Tohong (1995) bahwa empat dari sepuluh balita mengalami pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan akibat kekurangan gizi engeri protein (KEP). Masalah ini perlu dipecahkan karena kenyataannya banyak keluarga dengan status ekonomi rendah dengan pendidikan yang kurang (terutama di pedesaan) yang belum paham tentang gizi yang lebih baik untuk keluarga dan balita, karena setiap balita dengan gizi buruk memiliki resiko kehilangan IQ 10-13 point.
Menurut data sensus 1999 di Indonesia terdapat sekitar 23 juta anak balita. Dari jumlah tersebut sekitar 1,8 juta anak (8%) menderita gizi buruk, menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr.Ir.Ali Khomsun, MS parameter status gizi yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu. Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memperediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badan dalam KMS. Bila anak masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah maka status gizi buruk.
Menurut Depkes 2007 ada 28.202 balita berstatus gizi baik sementara 8.369 balita bergizi kurang sehingga akan terus dilakukan program makanan tambahan untuk memulihkan status gizi balita tersebut.
Kepala subbidang kewaspadaan gizi Departemen Kesehatan Tatang S. Falah kepada  media  menargetkan  pada  tahun  2009  angka gizi kurang dan angka gizi
buruk berkurang hingga 20%. Hal ini berdasarkan survei sosial ekonomi nasional 2005 yang menyebutkan angka gizi kurang dan gizi buruk adalah 28% dari jumlah anak balita Indonesia. Sepanjang tahun 2006 menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Ina Herawati. Pemerintah baru menangani 19.567 kasus gizi buruk, jumlah tersebut menurun jauh dibandingkan tahun 2005 yang mencapai 76.178 kasus. Namun, survei sosial ekonomi nasional 2005 yang dilakukan badan pusat statistik menyebutkan estiminasi gizi buruk hingga 2006 mencapai sekitar 8,8% dari jumlah anak balita di Indonesia. Ini berarti ada sekitar 1,5 juta anak yang diperkirakan mengalami gizi buruk.
Data Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan (2007) menunjukkan dari total 193.782 anak dan anak balita di Sumsel sebanyak 2.061 anak balita digolongkan gizi buruk dan 20.278 anak balita kurang gizi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2008 terdapat 31.791 balita dengan status gizi buruk 1105 balita (3,47%).
Sedangkan untuk di Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu terdapat 6.427 balita dengan status gizi buruk 292 balita (4,54%). Khususnya di desa Tanjung Baru terdapat 617 balita yang mengalami status gizi buruk sebanyak 59 balita (9,5%)
Berdasarkan data diatas, penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

B.     Rumusan Masalah
Belum Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.

C.    Pertanyaan Penelitian
1.      Bagaimana Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009?
2.      Adakah hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita Di Tanjung Baru wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009?
3.      Adakah hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi balita Di Tanjung Baru wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009?


D.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
  1. Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita Di Tanjung Baru wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009?
b.      Diketahuinya hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi balita Di Tanjung Baru wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009?

E.     Manfaat Penelitian
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat antara lain:
  1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah bahan kepustakaan di institusi program diploma III keperawatan Baturaja dan dapat menjadi bahan pengajaran teori penelitian selanjutnya.

  1. Bagi institusi kesehatan / Puskesmas
Dapat menjadi sarana informasi bagi institusi kesehatan dalam rangka peningkatan program gizi, terutama gizi balita serta masukan untuk menjalankan Puskesmas selanjutnya, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sukarya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu.
  1. Bagi peneliti
Untuk menyelesaikan tugas akhir dari pendidikan diploma III Keperawatan dan dari penelitian ini penulis dapat mengetahui bahwa status ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan status gizi balita. Di samping juga penulis tentunya memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang nyata di masyarakat.

F.     Ruang Lingkup Penelitian
Dilihat dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga dengan status gizi balita. Subjek penelitian adalah seluruh keluarga yang mempunyai balita. Dan lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu. Variabel yang diteliti adalah tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga yang berhubungan dengan status gizi balita di Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes