Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot
Baroh Kecamatan Glumpang Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2012
ABSTRAK
Penyakit diare
masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan frekuensi dan kematian
yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan dampak pada
sektor-sektor lain. Faktor-faktor yang menjadi landasan berfikir penulis untuk
melakukan penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan, sikap dan penyediaan
air bersih yang berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita
di desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan upaya
pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2012.
Hasil penelitian
didapatkan ada hubungan antara pendidikan ibu p.value 0,030, pengetahuan =
0,003, sikap 0,005 dan tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih terhadap
upaya pencegahan diare pada balita dengan p.value = 1,045.
Dari hasil
penelitian ini ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti. Pertama, bagi
petugas kesehatan dapat memotivasi diri untuk memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai diare serta mampu melakukan tindakan secara cepat dan tepat bila
menemukan anak balita yang mengalami penyakit diare. Kedua, masyarakat jika
anak balita terkena penyakit diare hendaknya dibawa ke pusat kesehatan
masyarakat terdekat.
Daftar Pustaka : 6 (2000 – 2012) + 3 Akses Internet
Kata Kunci : Diare, Balita, Pencegahan
x + 23 Halaman, 0 Tabel, 0 lampiran
|
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit diare masih menjadi
penyebab kematian balita (bayi dibawah lima
tahun) terbesar di dunia. Menurut UNICEF, setiap detik satu balita meninggal karena
karena diare. (Ridwan
Amiruddin, 2007).
Diare sering kali dianggap
sebagai sepele. Padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi. Tingginya
kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri
Salmonella Spp, compylobacter jejuni,
strafilococcus aureus, bacillus careus, clostridium perfringens dan
enterhemorragic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang
menyebabkan kematian disekitar 3 juta penduduk setiap tahunya. Di Afrika
anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunya di banding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. (Ridwan Amiruddin,
2007).
|
Kebijakan pemerintah dalam
pemberantasan diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
angka kematian dan penganggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Departemen
kesehatan RI melalui keputusan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan lingkungan (PPM & PL) telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan dan
pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka
kematian pada semua umur dari 54 per 100.00 penduduk menjadi 28 per 100.000
penduduk, menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi
1,25 per 1000 balita dan menurunkan
angka fasilitas kasus (CER) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen.
Penyakit diare merupakan salah satu yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor
lingkungan yang dominant berpengaruh adalah sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Hal ini sering berinterkasi bersama perilaku maka akan dapat menimbulkan
kejadian diare. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk
menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk.
Daerah endemis penyakit
diare tersebut di empat kabupaten di Sumatera Selatan yaitu Pidie, Ogan
Komering Ilir, Banyu Asin dan Musi Banyu Asin. (Ridwan Amiruddin, 2007)
Angka kematian
diare di Indonesia masih sekitar 7,4 %. Sedangkan angka kematian akibat diare
persisten lebih tinggi yaitu 45 %. Sementara itu, pada survey morbiditas yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2001,
menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah berkisar 200 – 374 per 1000
penduduk. Sedangjkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per
100.000 penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per
100.000 balita (Maryunani, 2011).
Pada tahun 2007 kasus kematian bertambah menjadi 56 orang. Sebanyak 51
orang adalah anak balita. Korban terbanyak tersebar di Kabupaten Bekasi, yakni
mencapai 11 orang. Setahun kemudian, jumlah kematian turun menjadi 50 orang
dengan 34 anak balita. Daerah paling banyak kejadian meninggal dunia adalah
Kota Tasikmalaya dengan 29 kasus. (http://health.kompas.com)
Berdasarkan
data diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh
Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.
B.
Rumusan Masalah
Belum
Diketahuinya Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian
Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie
Tahun 2012.
C.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran upaya pencegahan diare pada balita di
desa Cot Baroh?
2. Adakah hubungan pendidikan ibu dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
3. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
4. Adakah hubungan sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian
diare pada balita di desa Cot Baroh?
5. Adakah hubungan penyediaan air bersih dengan upaya
pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
D.
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Diketahuinya
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada
Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.
0 comments:
Post a Comment