Tuesday 18 December 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012



Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2012



ABSTRAK

Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan frekuensi dan kematian yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan dampak pada sektor-sektor lain. Faktor-faktor yang menjadi landasan berfikir penulis untuk melakukan penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan, sikap dan penyediaan air bersih yang berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pendidikan ibu p.value 0,030, pengetahuan = 0,003, sikap 0,005 dan tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih terhadap upaya pencegahan diare pada balita dengan p.value = 1,045.

Dari hasil penelitian ini ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti. Pertama, bagi petugas kesehatan dapat memotivasi diri untuk memberikan penyuluhan kesehatan mengenai diare serta mampu melakukan tindakan secara cepat dan tepat bila menemukan anak balita yang mengalami penyakit diare. Kedua, masyarakat jika anak balita terkena penyakit diare hendaknya dibawa ke pusat kesehatan masyarakat terdekat.


Daftar Pustaka    : 6 (2000 – 2012)  + 3 Akses Internet
Kata Kunci          : Diare, Balita, Pencegahan
x + 23 Halaman, 0 Tabel, 0 lampiran



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia. Menurut UNICEF, setiap detik satu balita meninggal karena karena diare. (Ridwan Amiruddin, 2007).
Diare sering kali dianggap sebagai sepele. Padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella Spp, compylobacter jejuni, strafilococcus aureus, bacillus careus, clostridium perfringens dan enterhemorragic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang menyebabkan kematian disekitar 3 juta penduduk setiap tahunya. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. (Ridwan Amiruddin, 2007).
1
 
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Di Indonesia sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Penyakit diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Hasil survei Program Pemberantasan (P2) diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali pertahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000 penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD. Survei Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima pada semua umur. Kejadian diare pada golongan balita secara proposional lebih banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar 55%.
Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian dan penganggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Departemen kesehatan RI melalui keputusan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan lingkungan (PPM & PL) telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan dan pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada semua umur dari 54 per 100.00 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25  per 1000 balita dan menurunkan angka fasilitas kasus (CER) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen. Penyakit diare merupakan salah satu yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominant berpengaruh adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Hal ini sering berinterkasi bersama perilaku maka akan dapat menimbulkan kejadian diare. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk.
Daerah endemis penyakit diare tersebut di empat kabupaten di Sumatera Selatan yaitu Pidie, Ogan Komering Ilir, Banyu Asin dan Musi Banyu Asin. (Ridwan Amiruddin, 2007)
Angka kematian diare di Indonesia masih sekitar 7,4 %. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45 %. Sementara itu, pada survey morbiditas  yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2001, menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah berkisar 200 – 374 per 1000 penduduk. Sedangjkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita (Maryunani, 2011).
Pada tahun 2007 kasus kematian bertambah menjadi 56 orang. Sebanyak 51 orang adalah anak balita. Korban terbanyak tersebar di Kabupaten Bekasi, yakni mencapai 11 orang. Setahun kemudian, jumlah kematian turun menjadi 50 orang dengan 34 anak balita. Daerah paling banyak kejadian meninggal dunia adalah Kota Tasikmalaya dengan 29 kasus. (http://health.kompas.com)
Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.
B.     Rumusan Masalah
Belum Diketahuinya Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.

C.    Pertanyaan Penelitian
1.      Bagaimana gambaran upaya pencegahan diare pada balita di desa Cot Baroh?
2.      Adakah hubungan pendidikan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
3.      Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
4.      Adakah hubungan sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?
5.      Adakah hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Cot Baroh?

D.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Diketahuinya Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Cot Baroh Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012.
 

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes