Saturday 4 May 2013

KTI KEPERAWATAN : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Penyakit ini nyaris ditemukan di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan sub tropik baik secara endemik maupn epidemik yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan. (www.wikipedia.co.id.diakses tanggal 15 April 2009).
Di negara-negara tropis DBD umumnya meningkat pada musim penghujan dimana banyak terdapat genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypty. Di daerah perkotaan umumnya wabah DBD kembali meningkat pada musim kemarau.
Di Asia Tenggara termasuk Indonesia epidemik DBD merupakan problem dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas baik pada anak-anak ataupun orang dewasa. DBD pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya dengan angka kematian mencapai 41,5% dan pada tahun 1997 DBD telah menyerang semua propinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan jumlah kasus menunjukan kecenderungan meningkatkan baik jumlah kasus maupun luas daerah yang terjangkit dan selalu terjadi KLB setiap tahunnya. (Depkes RI, 1995).
Pada tahun 2005 jumlah kasus DBD mencapai 38.635 orang dengan jumlah kematian 539 orang yang tersebar di 7 propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, NTT, NTB, Sumatera Selatan. Di Dinas kesehatan NTB mencatat penderita DBD mencapai 627 orang dengan 7 orang meninggal, NTB merupakan propinsi dengan kejadian DBD tertinggi di Indonesia. (www.wikipedia.co.id.diakses tanggal 15 April 2009).
Daerah yang terjangkit DBD pada umumnya adalah kota atau wilayah yang padat penduduknya, rumah yang saling berdekatan memudahkan penularan penyakit ini. Mengingat nyamuk aedes aegypty terbangnya maksimal 100 meter. Di Indonesia penduduknya makin bertambah dan transportasi semakin baik serta perilaku masyarakat dalam menampung air, penampungan air ini sangat rawan sebagai tempat berkembangnya nyamuk aedes aegypty dan virus dengue karena nyamuk aedes aegypty hidup di air bersih. Maka masalah penyakit DBD semakin besar bila tidak dilakukan upaya pemberantasan dan pencegahan yang intensif dan masih kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terutama keluarga tentang pencegahan penyakit DBD. (Nadesul, 2004).
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sejenis arbovirus, disebabkan melalui vektor yang dikenal sebagai aedes aegipty dan aedes albofictus dimana masa inkubasinya kira-kira satu minggu. (Depkes, 2004).   
Di provinsi Sumatera Selatan menurut Dinkes Sumsel selama Januari 2007 tercatat 445 orang atau meningkat dibandingkan Desember 2006 yaitu 394 penderita, total penderita di Sumatera Selatan sebanyak 2.200 penderita pada tahun 2006 dan 2 diantaranya meninggal dunia.
Pada tahun 2006 penderita DBD di Kabupaten OKU sebanyak 7 penderita, pada tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 5 orang dan Pada tahun 2008 penderita DBD tercatat sebanyak 5 orang penderita yang 2 diantaranya terdapat di desa Kemelak wilayah kerja Puskesmas Kemalaraja Kelurahan Kemalaraja, Sepancar, Baturaja Lama merupakan desa yang belum terkena penyakit DBD kelurahan Kemalaraja ini terdiri dari 13.789 jiwa dengan 3.319 kepala keluarga.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap supaya pencegahan demam berdarah dengue di desa Kemalaraja.

B.     Rumusan Masalah
Belum Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Kemalaraja wilayah kerja puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.

C.    Pertanyaan Penelitian
  1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
  2. Adakah hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
  3. Adakah hubungan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
  4. Adakah hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?

D.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Kemalaraja wilayah kerja puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.
  1. Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue
b.      Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
c.       Diketahuinya hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
d.      Diketahuinya hubungan sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan demam berdarah dengue?
E.     Manfaat Penelitian
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat antara lain:
  1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan Puskesmas dalam membuat perencanaan status kesehatan masyarakat terhadap penyakit
  1. Bagi Jurusan Keperawatan Baturaja
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/I kesehatan jurusan keperawatan Baturaja.
  1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penyakit DBD serta bagaimana cara pencegahanya.
  1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengetahui tentang penyakit DBD dan bagaimana cara menanggulanginya.

F.     Ruang Lingkup Penelitian
      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap upaya pencegahan DBD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Demam Berdarah
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasikan pendarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. (Mansjoer Arif, 2000).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegipty dan aedes albopictus.

B.     Penyebab Terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipc virus dari genus flavivirus famili flavivirade. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aedgypti. (Wikipedia Indonesia).
Virus dengue tergolong dalam famili, suku, grup flaviride dan dikenal ada 4 serotip. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsung perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktifitas oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o C. Ke empat serotif telah ditemukan pada pasien-pasien di Indonesia. Dengue 3 merupakan seratipe yang paling banyak beredar. (Ilmu Penyakit Demam (dengue) Hendarwanto jilid 1, edisi ke 3).
  1. Nyamuk penular demam berdarah dengue (DBD)
a.       Ciri-ciri nyamuk DBD
1)      Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya.
2)      Hidup di sekitar rumah, bangunan dan gedung.
3)      Mampu terbang sampai 100 meter.
4)      Nyamuk betina biasanya menggigit (menghisap darah manusia) pada pagi sampai sore hari setiap 2 hari sekali.
5)      Senang berisitirahat pada benda-benda tergantung, berwarna gelap seperti pakaian, kelambu, goden dan lain-lain.
6)      Umur nyamuk rata-rata 2 minggu tetapi dapat mencapai 2-3 bulan.
b.      Tempat berkembang biak
1)      Berkembang biak di tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti : bak mandi, WC, tempayan, ember, drum, tempat minum burung, ayam, binatang lainnya, ovitrap, vas bunga, tanaman, pot tanaman hias air, perangkap semut, penampungan air yang terdapat pada dispenser kulkas dan AC, bak meteran PAM, talang, dak, lubang pagar, pelepah daun, pohon, barang-barang bekas seperti: kaleng, ban, botol, mangkok, plastik, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.
2)      Nyamuk DBD tidak dapat berkembang biak di selokan, got, kolam berisi air kotor atau air yang lainnya langsung berhubungan dengan tanah.
c.       Siklus hidup nyamuk
1)      Siklus nyamuk DBD terdiri dari telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa.
2)      Perkembang dari telur menjadi nyamuk dewasa 7 sampai dengan 10 hari.
Telur nyamuk
1)      Setiap kali bertelur mampu mengeluarkan sebanyak 100 telur
2)      Berwarna hitam dengan ukuran ± 0,8 mm
3)      Telur dapat bertahan di tempat kering (tanpa air) sampai 6 bulan.
Jentik nyamuk
1)      Selalu bergerak aktif didalam air, geraknya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun kebawah.
2)      Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
3)      Setelah 6-8 hari jentik akan berubah menjadi kepompong.

Kepompong
1)      Berbentuk koma
2)      Gerakanya lamban
3)      Sering berada dipermukaan air
4)      Setelah 1-2 hari kepompong berubah menjadi nyamuk baru.
  1. Epidemiologi
Epidemiologi dengue dilaporkan pertama kali di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779, sedangkan DBD mula-mula dikemukakan oleh Quintos dan kawan-kawan di Manila pada anak-anak pada tahun 1954. Penyakit dengue merupakan penyakit endemik di Indonesia, tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat timbul letusan epidemi.
Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, pertama kali berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepatian virologik baru diperoleh pada tahun 1970. DBD pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swadana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh daerah tingkat I di Indonesia.
Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan DBD dilaporkan sebanyak terjadi tahun 1973 sebanyak 10.189 pasien dengan usia pada umumnya dibawah 15 tahun.  Penelitian di pusat pendidikan Jakarta Semarang, Yogja dan Surabaya, menunjukkan bahwa DBD dan DSS juga ditemukan pada usia dewasa dan terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pasiennya.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti, disamping pula Aedes Abopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampungan air, kaleng bekas dan lain-lain. Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor antara lain:
a.       Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk kebersihan sehari-hari.
b.      Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c.       Penyediaan air bersih yang langka
Daerah yang terjangkit DBD adalah wilayah yang ada penduduk, karena:
a.       Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 meter.
b.      Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu menggigit bebera orang secara bergantian dalam waktu singkat. Dengan makin lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semi urban dekat kota besarpun saat ini mudah terserang penyakit dari suatu sumber dikota besar.
Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan:
a.       Perubahan musim dipengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh musim hujan, puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore hari.
b.      Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan.
Biasanya DBD akan menyerang orang-orang yang tinggal di pinggiran, kumuh dan lembab serta anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Untuk mencegah serangan, tentunya adalah dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi media virus, dengan tidak menyediakan tempat berkembang bianya di tempat lembab dan berair. Untuk memberantas nyamuk itu, jentik-jentiknya di tempat lembab dan berair. Untuk memberantas jenitik-jentiknya atau sarang-sarangnya harus diberantas (PSN-DBD). Karena tempat berkembang biaknya ada di rumah-rumah dan tempat-tempat umum, setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD, secara teratur sekurang-urangnya seminggu sekali selain itu, fogging dan memutuskan mata rantai pembiakan Aedes Aegypti lewat abastisasi juga harus dilakukan.

C.    Tanda dan Gejala Anak yang Menderita DBD
Dapat terjadi demam bersifat mendadak dan berlangsung 5 hari. Anak yang terkena demam berdarah biasanya terlihat lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala nyeri pada bola mata, punggung dan persendian. Timbul pula bercak-bercak pada tubuh terutama di daerah muka dan dada. Gejala lanjut yang terjadi adalah timbulnya keriput kulit di kening, lengan, paha dan anggota tubuh lainnya. (Widjaja, 2005).
Jika untuk pertama kali terinfeksi virus dengue maka pada anak-anak hanya menimbulkan demam selama lima hari maka untuk mengetahui apakah anak terserang demam lima hari atau dengue fever apabila darahnya diperiksa untuk melihat imunoglobulinnya (IgM).
Jika infeksi terjadi untuk yang kedua kalinya, dan infeksinya disebabkan oleh virus dengue dari tipe yang berbeda, ini yang menjangkitkan penyakit demam berdarah atau dengue haemoragic fever (DHF). (Nadesul Hendrawan, 2004).
Menurut WHO derajat beratnya penyakit DBD diukur dengan gradasi:
1.      Grade 1 : ditandai dengan demam dan gejala umum yang tidak khas (muntah, sakit kepala, nyeri otot atau sendi), kecuali perdarahan yang dibuktikan dengan test tourniguet positif.
2.      Grade 2 : gejala pada grade 1 ditambah dengan perdarahan spontan atau perdarahan lain.
3.      grade 3 : adanya kegagalan peredaran darah yang ditandai dengan nadi cepat dan lembut, penyempitan tekanan nadi (20 mmHg) atau hipotensi yang disertai dengan kulit dingin berkeringat dan gelisah.
4.      Grade 4 : ditandai dengan syok berat dimana nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes